top of page

Apa itu hak hewan dan hukum apa yang melindungi hak-hak mereka?



Miliaran hewan digunakan di seluruh dunia oleh manusia untuk makanan, kegiatan eksperimen ilmiah, olahraga, hiburan, serta untuk membuat berbagai produk seperti pakaian, lem, tata rias, dan perawatan kulit. Namun masing-masing dari milyaran hewan tersebut mewakili individu- individu yang sadar, mampu merasakan sakit dan juga penderitaan, serta memiliki emosinya sendiri.


Gerakan advokasi terhadap hak hewan dan filosofi hak hewan mengakui secara inheren hak hewan untuk menentukan nasibnya sendiri dan hidup bebas dari eksploitasi manusia. Gerakan hak hewan menegaskan bahwa manusia memiliki kewajiban hukum dan moral untuk menghormati dan menjaga hak hewan untuk menjalani hidup sesuai keinginan mereka, dengan cara yang sesuai terhadap hewan tersebut.


Apa itu hak hewan?

Meskipun tidak ada satu pun gerakan hak-hak hewan global yang kohesif, dan organisasi serta individu yang mengadvokasi hak-hak hewan dapat menggunakan pendekatan yang berbeda, terdapat prinsip-prinsip inti tertentu yang mendorong para advokat melakukan kampanye terhadap hak-hak hewan. Inti dari gerakan advokasi hak hewan adalah keyakinan bahwa hewan memiliki nilai intrinsiknya sendiri yang tidak berhubungan dengan kegunaan mereka bagi manusia. Sehingga, menggunakan hewan dengan cara apa pun yang menyebabkan kerugian pada hewan — baik fisik maupun psikologis — merupakan tindakan yang tidak bermoral dan melanggar hak-hak mereka.


Para advokat hak-hak hewan berusaha memberikan kerangka moral dan hukum terhadap interaksi manusia-hewan berdasarkan rasa saling menghormati, bukannya komodifikasi dan eksploitasi. Beberapa tujuan dari gerakan hak-hak hewan antara lain yaitu undang-undang yang mengakui hewan sebagai subjek hukum, melarang penggunaan hewan dalam eksperimen ilmiah yang berbahaya dan mematikan, dan tidak lagi memenjara hewan dan digunakan dalam pertunjukan sirkus. Tujuan lain dari gerakan hak hewan juga untuk mengadvokasi veganisme — gaya hidup yang menghindari konsumsi dan penggunaan hewan dan produk hewani sehari-harinya.



Apakah hewan berhak untuk mendapatkan hak mereka?

Hewan berhak mendapatkan hak mereka bukan hanya karena mereka memiliki kemampuan untuk merasakan penderitaan namun juga karena mereka dapat mengalami kehidupan yang bahagia dan bebas, lepas dari pemanfaatan oleh manusia. Bahkan walaupun penampilan, fisiologi, dan perilaku mereka sangat berbeda dari manusia, mereka masih pantas mendapatkan hak yang memberi mereka kebebasan untuk menjalani kehidupan yang mandiri dan independen sebagai makhluk hidup.


Konsep bahwa hewan pantas dipertimbangkan sebagai makhluk yang otonom dapat ditemukan di banyak bidang pemikiran dan filsafat non-Eropa. Agama Buddha mengajarkan prinsip non-kekerasan yang juga mencakup hewan, dan Buddha juga tidak menyetujui prinsip dalam menyembelih hewan dan memakai kulit hewan. Hinduisme dan Jainisme juga menganut doktrin antikekerasan terhadap makhluk hidup lainnya. Jainisme, khususnya, menghindari praktik kejam terhadap hewan, termasuk memelihara dalam kebun binatang dan menggunakan produk tekstil seperti sutra yang diproduksi dengan cara menyakiti hewan.


Gagasan bahwa hewan tidak hanya mampu mengalami rasa sakit namun juga emosi yang mendalam telah menjadi perdebatan dalam pemikiran Eropa. Filsuf dan peneliti Descartes percaya bahwa hewan pada dasarnya merupakan ‘mesin’ yang tidak memiliki kemampuan untuk merasakan, yang mana gagasan tersebut ikut mengakar dalam filsafat dan pemikiran ilmiah Eropa. Sebagai contoh, survei di tahun 2018 mengenai persepsi perasaan hewan dalam industri domba menemukan bahwa responden di Brasil lebih cenderung mengakui adanya perasaan dan penderitaan yang dimiliki oleh domba daripada responden dari Prancis.


Namun, banyak yang menentang jenis pemikiran ini selama berabad-abad, dan ada banyak pengetahuan ilmiah yang mengakui kecakapan merasakan mereka sebagai makhluk hidup, termasuk pada banyak spesies yang umumnya dieksploitasi oleh manusia. Pada tahun 2012, sebuah kelompok internasional ahli saraf terkemuka berkumpul untuk menghasilkan Deklarasi Cambridge mengenai Kesadaran Makhluk Hidup. Pernyataan konsensus ini menimbang bukti adanya kesadaran pada hewan dan menyimpulkan bahwa manusia bukan hanya satu-satunya makhluk hidup dengan kapasitas neurologis dalam berpikir dan sadar. Mereka juga menyimpulkan bahwa hewan dengan sistem saraf yang sangat berbeda, seperti burung dan gurita, juga memiliki substrat saraf yang menghasilkan kesadaran dalam berpikir dan kemampuan untuk merasakan.


Hal penting yang mendasari pernyataan ini adalah bahwa kesadaran hewani tidak dapat diabaikan hanya karena hewan terlihat atau berperilaku berbeda dari manusia. Pada tahun 2015, Otoritas Keamanan Pangan Eropa membuat sebuah laporan ilmiah yang berfokus pada hewan ternak dengan kesimpulan yang serupa.


Bangkitnya kapitalisme global, termasuk adanya ekspansi “pabrik” industri peternakan dari negara-negara Utara ke negara-negara Selatan, telah menghadirkan tantangan lebih lanjut terhadap implementasi hak-hak hewan. Dengan berkembangnya sistem pembesaran hewan yang terkonsentrasi, yang mengurung miliaran hewan dalam kondisi yang tidak manusiawi, eksploitasi hewan dalam sistem pangan terkait erat dengan keuntungan dan kontrol perusahaan. Meskipun hanya 6% dari hewan yang diternak secara global berada di Amerika Serikat dan Eropa, gerakan hak hewan di wilayah dunia tersebut menerima sebagian besar dana yang diberikan (hampir empat per lima dari total dana yang diberikan kepada kelompok advokasi dari Negara-Negara bagian Utara).


Terlepas dari tantangan ini, pengakuan terhadap hewan untuk mendapatkan hak-nya semakin meningkat. Pergerakan di seluruh dunia telah menyebabkan perubahan signifikan dalam status dan perlindungan hewan. Pada tahun 2021, Meksiko menjadi negara pertama di Amerika Utara untuk melarang pengujian kosmetik pada hewan, dan pada tahun 2014 Kota Palitan di Gujarat, India melarang penyembelihan hewan, penangkapan ikan, dan peternakan hewan, yang juga menjadi salah satu kota sepenuhnya vegetarian yang pertama di dunia.


Apakah hewan memiliki hak?

Minimnya “status individu” hewan di sebagian besar wilayah dunia, yang artinya mereka juga tidak memiliki legal standing. Secara luas hewan dianggap sebagai properti bagi manusia, dan secara signifikan ikut juga mengurangi perlindungan hukum yang dapat diterapkan atas nama mereka. Sementara banyak negara telah melembagakan undang-undang yang memberikan perlindungan hewan terhadap kekejaman dan pengabaian, masih ada populasi besar hewan yang tidak memiliki perlindungan sama sekali. Selain itu, sebagian besar undang-undang memiliki kesenjangan problematis mengenai siapa dan apa yang dicakupnya, dan penegakannya yang seringkali lemah.



Terlebih lagi, eksploitasi hewan mengakar dalam sistem ekonomi dan politik di seluruh dunia, dan diperlukan perubahan besar dalam sikap terhadap hewan. Selain perlindungan hukum yang ketat, pengakuan adanya kecakapan merasakan dan penentuan nasibnya sendiri dapat menjadi dasar bagi hewan untuk diberikan hak. Beberapa negara telah membuat langkah maju yang signifikan — pada tahun 2021 Spanyol mengesahkan undang-undang yang secara luas mengakui kecakapan merasakan pada hewan liar dan hewan domestikasi. Spanyol bergabung dengan Perancis, Selandia Baru, Tanzania, Uni Eropa, dan Inggris sebagai negara yang secara hukum mengakui kecakapan merasakan pada hewan.


Ada banyak cara yang dilakukan manusia dalam menggunakan dan menyakiti hewan, dan ini harus dipaparkan agar hewan diberi hak yang tepat.



Hewan tidak boleh digunakan untuk konsumsi

Membesarkan dan menyembelih hewan untuk makanan melanggar hak-hak mereka dengan merampas kehidupan dan kebebasan mereka. Dalam sistem peternakan industrial, hewan ternak dikurung dalam ruang kecil yang tidak alami,mengalami luka yang menyakitkan dan merusak seperti pemotongan tanduk dan pemotongan paruh yang dianggap sebagai praktik manajemen yang ‘biasa’. Di seluruh dunia, 70 miliar hewan darat dibunuh untuk konsumsi manusia setiap tahunnya, ditambah 97 juta ton ikan. Dalam kerangka hak hewan, orang tidak akan lagi menyembelih dan mengonsumsi hewan, meskipun saat ini hanya ada sedikit undang-undang yang melarang penggunaan hewan untuk makanan.


Hewan tidak boleh diburu

Hewan liar mungkin diburu untuk olahraga atau makanan, tetapi merampas kehidupan mereka untuk kepentingan manusia melanggar hak dasar mereka untuk hidup tanpa adanya campur tangan yang membahayakan mereka. Olahraga berburu, yang semata-mata untuk hiburan manusia dan seringkali untuk mendapatkan bagian tubuh hewan sebagai piala kemenangan, telah menjadi fokus dari beberapa kampanye hak-hak hewan selama dekade terakhir dan ilegal di beberapa negara.


Habitat hewan harus dilindungi

Perlindungan terhadap habitat hewan merupakan poin kunci lain dalam pemberian hak kepada hewan, karena hal ini mengakui bahwa hewan memiliki hak atas alam dan lingkungan yang disukainya. Aktivitas manusia semakin merambah habitat hewan liar, menyebabkan konflik dengan manusia dan hasil yang negatif bagi populasi hewan. Kerangka hak hewan memastikan bahwa hewan memiliki akses ke habitat alami yang sesuai dan tidak dibatasi atau dipelihara oleh manusia. Meskipun ada undang-undang yang melindungi habitat liar, mereka sering memprioritaskan penggunaan dan keuntungan manusia terlebih dahulu daripada kebutuhan hewan.



Hewan tidak boleh dibiakkan

Hewan yang dibiakkan digunakan manusia dalam berbagai konteks. Hewan ternak telah dimanipulasi secara genetik untuk meningkatkan keuntungan bagi industri peternakkan. Pembiakan selektif untuk pertumbuhan cepat yang tidak normal dan otot besar pada ayam dan kalkun telah menghasilkan efek fisik yang mendalam pada burung-burung tersebut - mereka menderita penyakit kardiovaskular, luka yang menyakitkan, dan beberapa menjadi terlalu berat untuk ditopang oleh kaki mereka, sehingga menghambat mereka mengakses makanan atau air.


Manusia membiakkan hewan pendamping untuk menunjukkan sifat-sifat yang dianggap menarik tetapi menimbulkan penderitaan yang signifikan bagi hewan tersebut juga, seperti kasus Pugs dan kucing Persia, yang mengalami masalah pernapasan seumur hidup karena tulang wajah yang memendek. Hewan liar ditawan dan dibiakkan untuk digunakan di kebun binatang, pertunjukan, dan sirkus untuk hiburan manusia. Penggunaan ini membahayakan hak hewan, meskipun saat ini hanya ada sedikit undang-undang yang melarang praktik berbahaya ini.



Hukum apa yang melindungi hak-hak hewan?

Undang-undang untuk melindungi hewan seringkali tidak cukup komprehensif untuk sepenuhnya menjamin hak-hak hewan, dan undang-undang yang ada mungkin tidak ditegakkan dengan baik. Namun, banyak negara di seluruh dunia telah memberlakukan beberapa bentuk undang-undang perlindungan hewan. Berikut adalah beberapa contoh undang-undang yang diberlakukan di seluruh dunia untuk melindungi hewan, meskipun undang-undang ini tidak memberikan hak kepada hewan.



Hewan pendamping

  • Di Kenya, Undang-Undang Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan tahun 1962 berlaku untuk semua hewan vertebrata, dan melarang rodeo (ajang olahraga yang melibatkan kuda dan ternak lainnya) dan adu hewan. Kenya juga telah menyusun RUU Kesejahteraan dan Perlindungan Hewan yang memperluas perlindungan untuk semua hewan, bukan hanya vertebrata.

  • Undang-Undang Pencegahan Kekejaman terhadap Hewan di India mengakui bahwa hewan dapat menderita baik secara fisik maupun mental, dan berlaku untuk semua hewan, meskipun beberapa praktik berbahaya tetap dikecualikan.

  • Hampir setiap negara bagian di Meksiko memiliki beberapa bentuk hukum kesejahteraan hewan selain undang-undang federal yang memberikan perlindungan hewan tertentu. Banyak dari undang-undang ini menyiratkan pengakuan terhadap kecakapan merasakan pada hewan.

  • Di Venezuela, UU No.39.338 memberlakukan perlindungan untuk hewan pendamping, terutama anjing, dan melarang penyalahgunaan dan penelantaran.

  • Di Brazil, UU No 14.064/2020, menetapkan pidana penjara 2 (dua) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun atas tindak pidana penganiayaan anjing atau kucing.


Hewan Liar


Hewan ternak

  • UU Tanzania mengenai Kesejahteraan Hewan berisi ketentuan khusus untuk melindungi hewan selama penyembelihan dan pengangkutan, dan harus mempertimbangkan kebutuhan perilaku mereka.

  • Austria telah melarang penambatan sapi pada industri susu dan mengamanatkan penghentian kandang jepit secara bertahap pada tahun 2033. Undang-undang negara tersebut juga melarang produksi foie gras dan peternakan hewan untuk diambil bulunya.

  • Di Brasil, Peraturan Penjagalan Manusiawi mencakup mamalia, burung, reptil dan amfibi namun ikan tidak termasuk.

  • Sebagai sebuah kelompok, hewan ternak cenderung menjadi hewan yang paling tidak dilindungi oleh undang-undang, dan banyak negara gagal memberikan ketentuan khusus yang diarahkan pada hak-hak hewan yang diternakan.


Mengapa hak hewan penting?

  • Hak hewan akan menyelamatkan miliaran hewan dari penderitaan — jika hewan diberi hak, manusia tidak lagi dapat menggunakan dan menyalahgunakannya.

  • Hewan bukan untuk manusia, namun mereka memiliki kehidupan dan kepentingannya sendiri yang ingin mereka lindungi.

  • Hak-hak hewan bersinggungan dengan hak asasi manusia — misalnya, industri peternakan dan peternakan pabrik, merugikan, baik hewan maupun manusia ketika mereka diekspor ke ekosistem di negara-negara Selatan.

  • Menganggap bahwa hewan memiliki pertimbangan moral yang kurang layak dibandingkan manusia adalah sebuah pembedaan sewenang-wenang yang berakar pada persepsi manusia sebagai yang ‘paling unggul’.


Apa perbedaan antara kesejahteraan hewan dan hak hewan?

Kesejahteraan hewan tidak mempertanyakan gagasan mendasar bahwa manusia dapat memanfaatkan hewan untuk tujuan mereka sendiri, melainkan mencoba menghentikan beberapa pelanggaran terburuk dan memastikan bahwa hewan diperlakukan secara manusiawi. Misalnya, pendekatan kesejahteraan hewan mungkin berupaya untuk melarang kandang jepit untuk babi atau mengatasi kepadatan di kandang ayam dengan tujuan agar lebih sedikit ayam yang dikurung. Sasaran kesejahteraan hewan adalah agar hewan memiliki pengalaman fisik dan perilaku yang positif, tetapi tidak untuk membebaskan mereka dari sistem eksploitasi saat ini.


Sebaliknya, tujuan akhir dari hak-hak hewan adalah mengubah sikap dan sistem yang mengarah pada eksploitasi hewan. Misalnya, salah satu strategi dari gerakan hak-hak hewan adalah meyakinkan konsumen untuk berhenti membeli produk hewani dan mengadopsi pola makan vegan. Strategi lain mungkin untuk mengadvokasi metode pengujian kosmetik bebas hewani dan menghilangkan semua hewan dari percobaan ilmiah yang berbahaya.


Aktivis kesejahteraan hewan dan hak-hak hewan dapat memiliki tujuan yang sama, seperti memberlakukan larangan hukum untuk kandang baterai bagi ayam – kedua pendekatan ini tidak saling bertentangan. Sinergia Animal mempromosikan kampanye untuk kesejahteraan hewan, misalnya, sebagai salah satu langkah cepat untuk mengurangi penderitaan hewan akibat praktik paling kejam di pabrik peternakan. Meskipun demikian, tujuan akhir kami adalah mencapai dunia di mana tidak ada hewan yang dieksploitasi untuk konsumsi manusia.


Hak- hak hewan: Fakta dan statistik

  • Brazil pertama kali memiliki undang-undang perlindungan hewan yang mengakui beberapa aspek dari hak dan perasaan hewan sejak tahun 1934.

  • Lebih 20 kota di Argentina, termasuk Buenos Aires, telah melarang penggunaan hewan di sirkus.

  • Di Argentina juga, di tahun 2016 preseden keputusan pengadilan memberikan hak hukum kepada orangutan bernama Sandra yang dipelihara di kebun binatang.

  • Pada tahun 2022, Pengadilan Tinggi Ekuador mengakui hewan liar memiliki hak hukum dalam kasus monyet wol yang diambil dari alam liar.

  • Swiss adalah negara pertama yang mengakui secara hukum martabat hewan dan melarang penderitaan yang diakibatkan penghinaan dan kecemasan.


Kesimpulan

Gerakan hak-hak hewan mengakui nilai intrinsik hewan sebagai individu dan tidak mendukung penggunaan hewan dengan cara apapun untuk tujuan manusia — termasuk dalam produksi makanan, pakaian, dan hiburan. Aktivis hak hewan berusaha untuk memberikan otonomi kepada hewan untuk dapat menjalani hidup mereka sesuai keinginan mereka, tanpa campur tangan manusia yang membahayakan hewan.


Banyak negara telah menerapkan undang-undang yang melindungi hewan dari tindakan kekejaman, tetapi undang-undang ini sangat bervariasi dan seringkali tidak didasarkan pada konsep hak-hak hewan. Meskipun ada beberapa langkah maju yang signifikan dalam pengakuan hukum atas hak-hak hewan, masih banyak yang harus dicapai sebelum hewan diberikan penghormatan dan otonomi secara universal.





bottom of page