top of page

Sampai Akhir Juni, Festival Daging Anjing Yulin telah Membunuh 15.000 Ekor Anjing.

Sampai tanggal 30 Juni, telah diselenggarakan Festival Daging Anjing Yulin, yang dikenal sebagai festival daging anjing terbesar di dunia. “Perayaan” ini diselenggarakan setiap tahun sejak 2009. Diperkirakan lebih dari 15,000 anjing dan 4,000 kucing telah dikonsumsi dalam 10 hari acara.


Sebagian adalah anjing jalanan, tetapi banyak anjing kecil yang memiliki keluarga dan dicuri dari halaman belakangnya. Menurut organisasi kesejahteraan hewan yang terlibat, beberapa anjing ditemukan di rumah jagal masih dengan kalungnya.


Pada hari festival, mereka diangkut selama berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu di kandang sempit yang bahkan tidak memungkinkan mereka untuk bergerak, sampai mereka terjual. Kemudian mereka akan dibunuh secara sadis dengan cara dipukuli, atau bahkan dibakar hidup-hidup.







Gambar: Animals Asia



Salah satu aktivis yang berada di rumah jagal, melaporkan bahwa anjing-anjing ini sangat amat kelelahan dan bahkan mencoba untuk bersembunyi agar tidak terlihat, dengan cara merapatkan diri ke dinding. Yang lainnya melompat ke kaki-kaki para aktivis untuk mendapatkan belaian.


Dokumenter yang dibuat oleh majalah VICE ini akan menjelaskan bagaimana semuanya terjadi:



Ini adalah adegan yang tidak ingin dibayangkan oleh mereka yang mencintai binatang, terlebih lagi untuk dilihat. Semua orang yang memiliki anjing atau kucing, tahu seberapa cerdas dan sensitifnya mereka, dan pasti dapat membayangkan penderitaan yang mereka alami dalam situasi seperti ini.


Sedihnya, di Indonesia, sekitar 13,000 anjing dibunuh dengan keji setiap bulannya untuk dijadikan makanan. Jumlah ini hanya mencakup wilayah Solo Raya saja.


"Hanya 7% dari semua populasi masyarakat yang mengkonsumsi daging anjing, tetapi perdagangannya mengancam kesehatan dan keselamatan seluruh negeri ini.” Hal ini disampaikan oleh Dog Meat Free Indonesia, sebuah kampanye yang dilancarkan oleh Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Animal Friends Jogja, dan LSM lainnya.


Praktik ini masih akan terus terjadi sampai bertahun-tahun, bahkan berdekade-dekade ke depan, apabila orang-orang tidak menilik kembali kebiasaan makan mereka.


Hal yang sama juga dapat dikatakan tentang hewan-hewan lainnya, seperti ikan, domba, babi, dan juga sapi. Mereka juga hewan yang sangat sensitif dan cerdas, dan fakta bahwa kita tidak memiliki koneksi yang dekat dengan hewan-hewan yang dibunuh untuk makanan, seharusnya tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak berempati kepada mereka.


Penting untuk dicatat bahwa, seperti halnya memakan anjing adalah hal yang aneh dan menggelikan bagi banyak orang, memakan sapi adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat India. Kebiasaan makan kita adalah ciri budaya, dan budaya tidak abadi. Ia dapat beradaptasi dan bertransformasi secara konstan.


Pada hari Senin (24/6), Kabupaten Karanganyar (Surakarta, Jawa Tengah) mengumumkan bahwa pemerintah akan menutup semua tempat yang menjual daging anjing, dan menjadi daerah pertama di Indonesia yang melarang perdagangan daging anjing. Ini merepresentasikan angka kurang lebih 1,900 anjing yang terselamatkan setiap bulannya, dan sebuah teladan penting untuk dicontoh oleh daerah lainnya.


Perubahan lain yang mencolok di beberapa tahun terakhir, adalah semakin banyaknya orang yang berupaya untuk menjadi reducetarian, flexitarian, vegetarian dan vegan. Ini berarti mereka tidak lagi mengkonsumsi produk hewani, atau setidaknya mengurangi konsumsinya.


Ini menunjukkan bahwa manusia dapat mengubah kebiasaannya ketika ada argumen baru yang disajikan. Di antara alasan-alasan tersebut, kita dapat menggarisbawahi fakta bahwa hewan memiliki hak dan juga keinginan untuk hidup, serta dampak negatif lingkungan dan sosial yang dihasilkan oleh peternakan hewan, yang tidak dapat diputar balik.


Mari bergabung bersama kami, menjadi relawan untuk membantu kami melindungi hewan ternak di Indonesia.

bottom of page