top of page

5 tips untuk hidup dengan non-vegan



Menurut kamu apa bagian tersulit dari menjadi vegan saat hidup dengan non-vegan? Apakah memasak makanan yang baru? Atau mungkin pergi keluar untuk makan malam dan tidak memiliki banyak pilihan? Itu semua merupakan tantangan yang besar, namun sering kali, tantangan terbesar adalah interaksi sosial.


Dari teman dan rekan kerja hingga pasangan dan anggota keluarga, seorang vegan yang baru dapat merasa seperti diterpa badai pertanyaan. "Bagaimana kamu akan mendapatkan proteinmu?" “Kenapa kamu tidak makan daging?” "Ada apa dengan susu?" "Apa yang harus aku masak sekarang?" Dan itu baru beberapa dari banyak hal.


Jika kamu tinggal sendiri atau bahkan dengan teman atau orang yang mengadopsi pola makan berbasis nabati, kamu dapat mengatur belanja bahan makanan dan juga mempersiapkan makanan yang sesuai, sehingga kamu yakin bahwa kamu tidak akan membuka lemari es dan menemukan produk yang mengingatkanmu tentang kekejaman terhadap hewan. Tetapi jika kamu hidup dengan non-vegan, mungkin tidak akan sesederhana itu, terutama jika kamu bergantung pada mereka secara finansial.


Mengapa beberapa orang merasa sangat terganggu ketika kita memutuskan untuk menjadi vegan?


Adat dan kebiasaan sangat berharga bagi kita. Keduanya adalah bagian penting dari budaya dan kehidupan kita sehari-hari. Kita semua berbagi itu semua dengan komunitas dan membicarakannya dalam berbagai obrolan, atau jika kita mendapatkan diskon suatu produk dan berencana membuat resep baru yang kita lihat secara online. Sesekali, kita membuat pilihan yang memengaruhi atau mengubah kebiasaan ini. Kita mungkin menambahkan bumbu yang berbeda ke resep keluarga atau mengubah sebuah merek di suatu produk karena alasan tertentu. Perubahan-perubahan tersebut sangatlah kecil dan tidak tampak dalam kehidupan kita sehari-sehari.


Menjadi vegan berarti membuat perubahan besar di luar zona nyaman kita. Dan, masalahnya, alasan di baliknya mungkin jelas bagi orang yang bertransisi tetapi tidak bagi semua orang di sekitar mereka. Bagi non-vegan yang hidup dengan seorang vegan, setiap keputusan kecil mungkin tampak besar dan tidak masuk akal. “Mengapa kamu mengganti merek sampomu?” Atau “tapi aku membelikan ini untuk kamu! Kenapa kamu tidak memakannya? kamu tidak menghargaiku. ”


Kuncinya ada pada cara kita berkomunikasi.


Situasi tegang mungkin muncul, tetapi itu semua tidak harus menjadi sumber konflik! Ada banyak cara di mana kamu bisa meningkatkan hubunganmu dengan non vegan. Salah satunya dengan menggunakan komunikasi yang efektif. Coba jelaskan kepada mereka yang tinggal bersamamu apa yang membuat veganisme penting bagi kamu, apakah itu hewan, lingkungan, atau kesehatan kamu sendiri.


Dan jangan lupa untuk mendengarkan mereka juga! Seringkali, mereka hanya mengatakan hal-hal tersebit karena mereka peduli denganmu atau karena mereka takut akan arti perubahan itu bagi kehidupan mereka sendiri. Orang-orang ini adalah yang paling dekat denganmu dan meskipun tampaknya mereka skeptis terhadap veganisme, mendengarkan mereka dapat membuat perbedaan besar. Kamu hanya dapat meredakan kekhawatiran mereka jika kamu memahaminya terlebih dahulu.

5 tips berharga untuk hidup dengan non-vegan dari tim Sinergia:


  1. Masak untuk diri sendiri dan orang lain! Buat hidangan favoritmu menjadi vegan dan buktikan kepada teman serumahmu bahwa makan vegan itu mudah dan juga enak. Ikuti akun media sosial vegan untuk inspirasi masakmu di dapur, coba sendiri, dan jadilah kreatif! Selain menyadari bahwa veganisme bukanlah beban, mereka sendiri juga akan mengurangi konsumsi produk hewani.

  2. Sabar. Melihat seseorang menjalani gaya hidup baru bisa jadi sangat sulit. Biarkan mereka meluangkan waktu untuk memprosesnya dan jangan terlalu memaksa. Mereka akan memahmi itu pada akhirnya! Itu semua dapat membawa kita ke tips berikutnya yaitu…

  3. Jangan marah. Kesabaran bukan hanya ketika non-vegan lupa untuk berhenti menambahkan keju ke hidangan pastamu. Bukan hal yang aneh bagi vegan yang baru untuk merasa bahwa mereka harus mempertahankan pilihan mereka dan argumen bisa menjadi intens dengan mudah ketika memperdebatkan topik yang paling dekat dengan hati kita, seperti hak-hak binatang! Kamu dapat mempersiapkan diri untuk acara keluarga dengan tips bagaimana menghadapi keluarga non-veganmu selama liburan.

  4. Jaga dirimu. Orang yang kamu cintai mungkin akan paling mengkhawatirkan kesehatanmu saat beralih ke pola hidup vegan. Ingatlah bahwa kamu membuat perubahan besar mengenai cara kamu menjalani hidup, jadi kamu harus mengakuinya dan bertindak secara bertanggung jawab. Pola makan vegan mampu menyediakan semua yang kita butuhkan dalam hal nutrisi (selalu ingat untuk mengonsumsi suplemen B12 vegan), tetapi penting untuk diingat juga bahwa agar sehat kamu juga harus memiliki makanan yang bervariasi dan seimbang, mayoritas dengan sayuran segar, buah-buahan, biji-bijian, biji-bijian, dan kacang-kacangan – yang sebenarnya sangat mirip dengan pola makan biasa. Jika memungkinkan, kunjungi ahli gizi dengan spesialisasi pola makan berbasis nabati sehingga kamu dapat memeriksa semuanya dan mempertahankan pola makan ini! Jika kamu memang atau tetap sehat, ini akan menjadi salah satu alasan untuk menjawab mereka yang ingin mendebatmu.

  5. Dapatkan informasi sebanyak mungkin. Ini mungkin hanya tips paling penting yang bisa kami berikan kepada kamu. Ada banyak mitos dan kesalahpahaman tentang veganisme yang pada akhirnya mungkin dibawa oleh teman dan keluarga non-veganmu dan kamu harus mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan prasangka mereka! Untuk membantumu memulai, kami mengumpulkan beberapa mitos hal paling umum yang kami dengar tentang menjadi vegan yang tidak benar.

  • Mitos: “Veganisme tidak sehat”. Fakta: Sebenarnya, Academy of Nutrition and Dietetics telah menyatakan bahwa “vegetarian yang direncanakan dengan tepat, termasuk vegan, diet yang menyehatkan, nutrisi yang cukup, dapat memberikan manfaat kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit tertentu. Diet ini sesuai untuk semua tahap siklus hidup, termasuk kehamilan, menyusui, bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa yang lebih tua, dan untuk atlet.” Di sisi lain, ada banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara konsumsi daging dan susu dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya.

  • Mitos: “Kamu perlu susu untuk mendapatkan kalsium”. Fakta: Penelitian telah menunjukkan bahwa susu bukanlah bahan utama untuk mendapatkan kalsium dan nutrisi lainnya, malah ada banyak alasan mengapa kita harus mempertimbangkan kembali apakah susu itu sehat. Beberapa alternatif yang sangat baik dan seha sebagai sumber kalsium adalah brokoli, kangkung, jeruk, tahu, buncis, dan buah-buahan kering seperti buah ara dan plum.

  • Mitos: “Menjadi vegan itu mahal”. Fakta: Dalam hal apapun, kamu dapat memiliki versi mahal atau murah. Misalnya, kamu dapat membuat burger miju-miju vegan lezat yang mudah, sehat, dan murah, atau kamu dapat membeli pengganti daging di toko yang (meskipun lezat) mungkin membuatmu malah mengeluarkan uang ekstra. Kamu dapat melihat blog kami tentang cara menjadi vegan dengan anggaran terbatas untuk berbagai tips hemat lainnya dalam menjadi vegan.

  • Mitos: “Menjadi vegan tidak berkelanjutan jika kamu mengganti daging dengan kedelai”. Fakta: Beberapa orang akan berpendapat bahwa pola makan nabati membahayakan lingkungan karena banyak vegan mengonsumsi produk kedelai yang terkait dengan perkebunan monokultur dan penggundulan hutan. Tahukah kamu bahwa 80% produksi kedelai dunia ditujukan untuk pakan ternak? Kita menggunakan 7 kg biji-bijian untuk menghasilkan hanya 1 kg daging sapi! Transisi menuju gaya hidup vegan dapat berarti langkah penting untuk mengarahkan kembali sumber biji-bijian tersebut dan menggunakannya secara langsung untuk memberi makan manusia, menghindari industri pangan skala besar dan monokultur yang merusak lingkungan kita.

bottom of page