top of page

Memakai kostum Ronald yang kejam, aktivis meminta McDonald’s lebih baik terhadap hewan di Indonesia

Perusahaan restoran cepat saji multinasional ini telah mengeluarkan komitmen menghentikan pembelian telur dari ayam yang dikerangkeng di Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan, tetapi tidak di Indonesia.



Memakai kostum Ronald yang menyeramkan dan membawa poster, para aktivis perlindungan hewan melakukan protes damai di depan gerai McDonald’s Kemang, Jakarta,Senin (3/2). Aksi ini dikoordinasikan oleh Act for Farmed Animals, sebuah kampanye bersama dari Sinergia Animal dan Animal Friends Jogja, dan meminta McDonald’s tidak lagi berpartisipasi dalam praktik kejam produksi telur di Indonesia.


Aksi ini bertujuan mengajak McDonald’s di Indonesia, untuk menerapkan komitmen “hanya membeli telur dari peternakan dengan sistem non-kerangkeng.” Perusahaan multinasional initelah mengeluarkan komitmen untuk melarang pembelian telur dari ayam yang dikurung dalam kerangkeng kecil seumur hidupnya untuk gerainya di Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Eropa – tapi tidak untuk Indonesia.




“Kami meminta McDonald’s untuk menerapkan standar yang sama bagi semua konsumennya. Mengapa Indonesia harus menerima standar yang lebih rendah?Kerangkeng baterai tidak hanya kejam kepada para hewan, memberikan penderitaan seumur hidup bagi jutaan ayam petelur di Indonesia; kerangkeng baterai juga terkait dengan resiko terkontaminasi Salmonella lebih besar, yang mengancam kesehatan manusia,” kata Among Prakosa, dari Animal Friends Jogja.


Tahun 2019 The European Food Safety Authority menerbitkan penelitian mengenai kontaminasi Salmonella dalam berbagai metode produksi telur ayam, dan menemukan probabilitas kontaminasi yang lebih besar dalam peternakan pabrikasi yang mengurung ayam dalam kerangkeng, dibandingkan dengan telur yang diproduksi dari ayam yang bebas kerangkeng.


Menggunakan kostum berdarah dan topeng badut yang kejam, aktivis yang berperan sebagai “Ronald kejam” juga menarik perhatian masyarakat terhadap kekejaman yang terjadi dalam peternakan pabrikasi, dengan berkali-kali “memukul” aktivis lainnya yang berkostum ayam, dengan menggunakan tongkat.


“Bisakah kalian membayangkan tinggal berjejal seumur hidup dalam kerangkeng yang padat, tidak memungkinkan untuk berjalan, atau bahkan merentangkan tangan. Ini adalah realita kehidupan 200 juta ayam petelur yang ada di Indonesia. Penelitian telah membuktikan bahwa kondisi yang kejam ini mengakibatkan deformasi tulang, osteoporosis, luka-luka, stress, kerontokan bulu yang tidak wajar, serta banyak masalah fisik dan psikologis lainnya,” ujar Among.




Banyak perusahaan yang telah beralih dari sistem kerangkeng baterai yang kontroversial, dan menerapkan komitmen global untuk hanya menggunakan telur dari pemasok yang menerapkan sistem bebas kerangkeng. Beberapa di antaranya termasuk Hilton Hotels, Nestlé, Kraft Heinz, Mondelez International, dan Unilever.


Sebuah petisi daring yang diinisiasi oleh Act for Farmed Animals, saat ini telah mendapatkan lebih dari 15.800 pendukung, yang mendesak McDonald’s untuk menerapkan komitmen telur bebas kerangkeng di Thailand dan Indonesia. “Konsumen berada di pihak kami. Mereka menolak adanya ketimpangan standar keamanan pangan, serta standar kesejahteraan hewan yang rendah di Asia. McDonald’s memiliki potensi untuk membuat perubahan yang sangat berarti bagi jutaan hewan yang ada di Indonesia. Kami berharap mereka akan segera membuat keputusan yang tepat.” tutup Among dan Eropa – tapi tidak untuk Indonesia.


Jika kamu ingin menolong hewan, tolong bantu untuk meminta McDonald's untuk berhenti menggunakan telur dari ayam yang dikerangkeng dalam produknya. Tandatangani petisinya disini.


bottom of page